![]() |
| Tangkapan layar film 'The Bang Bang Club'. (Dokumentasi: Rendi Sugiri) |
3. Genre : Dokumenter, Action
4. Penulis Naskah : Steven Silver, Greg Marinovich, João Silva
5. Produser : Adam Friedlander
6. Produksi : Adam Friedlander, Daniel Iron, Lance Samuels
7. Pemeran : Ryan Phillipe, Taylor Kitsch, Frank Rautenbach, Neels Van Jaarsveld, Malin Ã…kerman, Patrick Lyster, Russel Savadier
Film ini berawal dari keempat
jurnalis foto bernama Greg Marinovich, Kevin Carter, Ken Oosterbroek, dan Joao
Silva asal Afrika Selatan yang mendapat
julukan The Bang Bang Club yang disematkan oleh media internasional karena
keberanian mereka untuk turun dan meliput langsung ke berbagai wilayah konflik
di negara tersebut pada tahun 1990 sampai 1994.
Berdasarkan autobiografi berjudul The Bang Bang Club: Snapshots from the
Hidden War (2000) yang ditulis Marinovich dan Silva dengan sutradara Steven
Silver kemudian mencoba menghadirkan secuil pengalaman perjalanan karir dari
keempat jurnalis foto tersebut lewat buku dengan judul The Bang Bang Club.
Namun Steven Silver mempunyai
ketertarikan pada dunia film dan Steven ingin menghadirkan perjalanan karir
keempat jurnalis foto tersebut dalam sebuah film aksi yang dipenuhi dengan
banyak adegan-adegan yang menegangkan.
Film ini berlatarkan di negara
Afrika Selatan yang pada saat era 90-an sedang mengalami suatu konflik yang
berdampak besar. Namun konflik tersebut tidak menjadi perhatian masyarakat
dunia, namun akhirnya hadir empat orang pemuda yang pemberani dan berprofesi
sebagai jurnalis foto yang akan mengungkap konflik tersebut.
Hadirnya keempat pemuda tersebut
dapat mengubah sejarah konflik yang dialami Afrika Selatan dari yang dunia
tidak memperhatikan menjadi sesuatu yang besar dan penting untuk diperhatikan
pada saat itu.
C.
Sinopsis
Film “The Bang Bang Club”
The
Bang Bang Club memulai kisahnya ketika Greg Marinovich mulai bergabung pada
media The Star dan semakin akrab dengan tiga orang foto jurnalis dari harian
The Star yang ia temui ketika sedang bekerja, Kevin Carter, Ken Oosterbroek dan
Jaoa Silva.
Walaupun Greg hanya dianggap sebagai
seorang fotografer pemula pada awalnya, lalu Greg secara perlahan mendapatkan
respek dari para rekannya atas keberanian dan kenekatannya untuk menembus
wilayah-wilayah yang sedang terjadi konflik dan dianggap tidak dapat disentuh
wilayah tersebut sebelumnya. Atas keberaniannya itu pula, Greg mampu merai
penghargaan Pulitzer – sebuah penghargaan yang diadakan tahunan di bidang
jurnalisme.
Setelah meraih penghargaan tersebut,
Greg beserta rekan kerjanya mendapat pehatian luas dari berbagai media
internasional. Perhatian tersebut datang karena kualitas foto yang mereka
tangkap mampu mengungkap banyak hal yang tidak diketahui masyarakat dunia
mengenai peperangan antar suku yang terjadi di Afrika Selatan pada era 90an.
Tidak ada yang tahu bagaimana
perasaan mereka saat pengambilan foto-foto pembunuhan yang sedang terjadi, baku
tembak antar saudara kulit hitam, serta kemiskinan dan kelaparan yang melanda
di Afrika Selatan. Menjadi saksi peperangan dan kekejian tentu tidak mudah bagi
mereka.
Nyawa para orang yang terbunuh
melayang tanpa alasan yang jelas, nasib para anak-anak yang terdampak akibat
perang antar suku yang menjadi pemandangan wajib untuk mereka dan mereka
dituntut untuk tetap bersikap netral. Tidak boleh memihak dan tidak boleh menolong.
karena jika mereka menolong maka akan dianggap memihak dan akan diincar oleh
musuh dari pihak yang ditolongnya.
Disamping foto-foto yang dihasilkan
oleh mereka yang menjadi jembatan informasi kepada masyarakat dunia, mereka
justru dilanda suatu keguncangan emosi ketika para wartawan lain bertanya
mengenai foto-foto yang tidak manusiawi tersebut. Serta mereka kehilangan
temannya yang tertembak saat perang antar saudara kulit hitam sedang terjadi.
Permasalahan pribadi pun juga ikut
serta dalam perjalanan karir mereka terutama Greg dan kekasihnya yang melarang
serta merasa tidak nyaman dengan resiko pekerjaan Greg. Kevin pun juga
mengalami ketergantungan narkoba, hingga keempat foto jurnalis yang biasa
bersama, kini mulai terpisah satu sama lain.
Pada akhir film ini diceritakan
bahwa alasan sebenarnya Kevin Charter yang memilih untuk bunuh diri. Banyak
orang yang percaya bahwa Kevin sangat menyesali perbuatannya karena memilih
untuk memotret daripada menolong anak kecil dalam fotonya.
D. Kelebihan
The
Bang Bang Club ingin mengajak para penontonnya
merasakan apa yang dirasakan oleh keempat jurnalis foto tersebut. Merasakan
kejamnya penganiayaan, pembunuhan, nyawa orang yang terbunuh tanpa alasan yang
jelas. Bagaimana rasanya bekerja di tengah-tengah sebuah situasi yang kapan
saja bisa terdampak resiko dari perang saudara yang terjadi di daerah tersebut.
Harus diapresiasi, sang penulis Steven Silver, berhasil melakukannya. Tidak
hanya itu, Steven Silver juga menghadirkan momen-momen menegangkan yang dapat
memacu adrenalin penontonnya dan juga menghadirkan ikatan emosional yang
dialami oleh keempat jurnalis foto tersebut.
E.
Kekurangan
Sangat disayangkan ketika film ini
mulai beralih pada potong-potongan kisah personal dari keempat jurnalis foto
tersebut khususnya pada bagian kisah personal dan percintaan dari karakter Greg
Marinovich yang mengakibatkan deretan kisah drama yang diahardirkan pada
pertengahan film sedikit membosankan. Steven Silver sudah berusaha untuk
menambahkan kembali drama emosional peperangan pada bagian akhir The Bang Bang Club, walupun tidak
sepenuhnya dan terasa belum cukup untuk menyamai kadar drama yang ada pada
bagian awal film.

Posting Komentar